Memory Card (Cerpen Part 2)
Berkali-kali Bobby
mengirimkan sms untuk Novi. Semua berisi permohonan maaf, tapi tak ada satupun
balasan yang dia dapatkan. Sejujurnya Bobby sama sekali tidak mengerti jalan
fikiran perempuan, mungkin karena dia sulit berkomunikasi dengan lawan jenis.
Bobby hanya merenung di
ruang osis yang berukuran 10x6m, memikirkan kesalahan yang sudah dia perbuat.
Dia melihat beberapa gambar yang dia ambil menggunakan kameranya. “Galau?
Jangan risau..” kata Adnan mengejutkan. “Promosi?” kata Bobby menatap dingin. “Maaf
ya, aku kira kalau kalian se-seksi bisa makin deket, nyatanya..” Kata adnan
menyesal. “Engga, aku gampang kepancing, efeknya kayak gini..”kata Bobby sambil
menarik nafas dalam-dalam.
Bobby kembali melihat
gambar di kameranya. Memperhatikan satu persatu hasil gambarnya. “Dia cantik
juga ya” kata Adnan yang ternyata dari tadi dia ikut melihat gambar itu.
“I..ini p..privacy!” kata Bobby terbata-bata. “yaelah.. mau main rahasia apa
lagi? Aku tau semuanya.” Kata Adnan dengan tenangnya. “Sok tau lu!” Bobby langsung
memasukan kameranya ke dalam tas dan pergi dari ruangan yang sudah tak aman
itu.
From
: Bobby
Bisakah
besok hadir? Besok Grand Closing acara kita
Novi mendapatkan sms
itu. Seperti biasa, dia tak membalas sms itu. Terkadang dia merasa bersalah karena
sering meninggalkan rapat untuk acara ini. Tapi apa boleh buat, penyakit maag
yang sudah dia derita semenjak SMP kini sudah tahap kronis. Untuk yang pertama
kalinya dalam sejarah, Novi membalas sms Bobby.
To
: Bobby
Ya.
*****
“wow, Putri Indonesia kita
sudah sehat..” Kata Gina menyambut kembalinya Novi yang sudah 1 minggu terakhir
tidak sekolah. “kamu sudah sehat kan?” Tanya Gina khawatir, Novi hanya
menampilkan senyumnya sebagai pertanda dia baik-baik saja.
Dengan kamera DSLRnya,
dia siap mengambil beberapa gambar Grand Closing acara ini. Semua diambil dari
berbagai macam sudut, bahkan semut yang berjalan di dindingpun tak terlewatkan.
Seharian ini Novi belum
menemukan keberadaan Bobby, padahal jelas-jelas dia yang memohon-mohon agar
Novi bisa hadir membantunya di acara ini. ’apakah ini kerjaan ketua acara?’
Katanya dalam hati melihat raut wajah Adnan yang sedang menikmati semangkuk
bakso bak manusia yang belum makan selama berpuluh-puluh tahun. “Liat
Bobby?”Tanya Novi. “Tadi pagi sih ada, tapi ngga lihat lagi deh. Kenapa?” Adnan
balik bertanya. “Masih nanya kenapa ?” Jawab Novi.
Sesuai rencana awal,
Grand Closing berakhir pukul 5.15 sore. Novi melangkahkan kakinya menuju ruang
osis untuk mengambil barang bawaannya. Tepat di depan pintu ruangan ini, terdengar
suara dengkuran yang cukup keras. Karena penasaran, dia menuju sofa tepat suara
dengkuran itu berasal. Dilihatnya pelan-pelan, dan bersiap-siap untuk
mengejutkan orang yang mendengkur itu.
“Daaar..”Novi mencoba
mengagetkan, tapi orang itu tetap tidak bangun bak orang yang terhipnotis
sampai-sampai suara Novi sekeras itu tidak terdengar. Novi membuka kain yang
menutup di wajah orang yang tertidur
itu, ‘Jadi ini yg dia lakukan selama acara?’ Batinnya setelah tahu orang yang
tertidur itu Bobby.
Novi kembali merapikan
barang-barangnya dengan kesal. “Aku hampir mati kecapean gara-gara kamu! kalau
aku mati beneran gimana?!” Kata Novi melihat Bobby yang masih tertidur. Ia tahu
sebenarnya dia sia-sia berbicara dengan orang yang tertidur pulas. Dia melihat
kamera yang tersimpan rapi diatas meja. “ga salah lagi, pasti ini punya dia”
Katanya dalam hati, dia mengambil pelan pelan memory card kamera itu, dan
berhasil tanpa membangunkan Bobby.
“Apa saja yang dia
kerjakan dengan memory card ini” Kata Novi melihat bentuk fisik memory card
berkapasitas 16GB berwarna hitam sambil berjalan pulang. Dia memasukan memory
card itu ke kantung bajunya.
*****
Comments
Post a Comment