Memory Card (Cerpen Part 3)
“aaah.. dimana memory
card itu..”Bobby mengacak-acak rambutnya, dia sudah mencari hingga sudut
ruangan osis ini tapi belum juga ditemukan. Dia tak tahu harus mencari kemana
lagi. Diputuskanlah untuk kembali kerumah dengan harapan memory cardnya itu
hanya terselip di tasnya. Tiba-tiba reflek dia mengirim sms ke Novi.
From:
Bobby
Apa
kamu mengambil memory card kameraku?
Novi yang menerima sms
itu sedikit terkejut. ‘darimana dia bisa tahu aku yang mengambilnya?’batin
Novi. Dengan tenangnya dia membalas sms itu.
To:
Bobby
Ya
Tanpa menunggu lama,
Bobby mengirim balasan.
From:
Bobby
Simpan
baik-baik memory card itu. Di dalamnya ada hasil dokumentasi. Jangan di buka!
Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kamu membukanya!!
“Jelas-jelas dia tidur! Apa saja gambar yang
dia ambil?”Kata Novi yang terus melihat fisik memory card itu. Karena penasaran
yang tinggi, dia memasukan memory itu ke card reader dan membuka file yang ada
di memory itu.
Satu persatu item yang
berjenis JPEG image dibukanya. “Ini yang dia sebut hasil dokumentasi?” Novi tak
menyangka gambar semua item itu. Dari awal hingga akhir semua foto Novi, tanpa
ada sedikitpun yang terlewat. ‘Uh, apa maksudnya dia ini..’batinnya.
To:
Bobby
Kenapa
kamu menyimpan banyak fotoku? Apa kamu menyukaiku?
Tidak seperti tadi,
kali ini Bobby membalas sms ini cukup lama.
From:
Bobby
Sudah
aku bilang jangan di buka! Itu karena.. kamu menarik saja.
Menerima sms pengakuan
seperti itu, Novi langsung mematikan handphonenya.
******
Mengingat sms yang tak
sengaja Bobby kirimkan 2 hari yang lalu, membuat otaknya mau pecah.
Dibandingkan mengirimkan sms seperti itu, dia lebih baik diberi seribu soal
matematika tentang integral atau aljabar. ‘aaah, apa yang harus kuperbuat
sekarang’ batin Bobby.
Dia terus melangkahkan
kaki dengan ragu menuju kelasnya. Tangan kanannya memegang topi sekolah dan
tangan kirinya memegang tali ranselnya. Jantungnya berdetak semakin cepat
melihat Novi yang sedang duduk di depan kelas. Tangan kirinya mengepal kuat,
berusaha untuk tetap santai di hadapan Novi. Terlihat Novi tersenyum tipis.
“haah.. kenapa dia semakin menarik saja?” Bobby menyimpan ranselnya dan duduk
sambil merasakan jantungnya berdetak cepat.
Seperti biasa, setiap
hari Senin hampir seluruh sekolah di Indonesia melaksanakan ritual upacara bendera.
Semua siswa berbaris dengan rapi. Bobby melirik ke kanan hanya sekedar untuk
mengetahui siapa yang berdiri di sampingnya. “Hay..”Sapa Novi pelan. Bobby
hanya tersenyum tipis senang ternyata Novi yang berdiri di sampingnya.
Upacara ini berlangsung
hanya 1 jam. Seluruh siswa kembali ke kelasnya masing-masing. “Novi, tolong
ambilkan buku catatan di meja ibu ya!” Kata Bu Siska, guru matematika yang
mengajar di jam pertama untuk kelas Novi. Novi hanya mengangguk memberi
persetujuan dan pergi menuju ruang guru. Tanpa Novi sadari, Bobby mengikutinya
dari belakang.
“kirain bawa satu buku,
ternyata 36 buku.” Kata Novi dengan nada sedikit mengeluh. Dari belakang Bobby
membantu Novi membawa buku-buku itu. “Terimakasih..” Kata Novi sedikit malu.
Bobby tidak merespon ucapan Novi itu. “Oh iya..”Novi teringat sesuatu, dia
meraba-raba isi kantung bajunya. “ini, maaf ya”sambung Novi sambil memberikan
memory card kepada Bobby. Bobby menatap tajam dan merampas memory card itu
dengan kasar. Tunggu bukan kasar yang ingin ia tunjukkan, itu hanya rasa gugup
yang terlalu berlebihan.
*****
Bel istirahat berbunyi.
Bobby hanya duduk di bangkunya sambil memperhatikan memory card miliknya itu.
“Kamu..! Apa dia membuka semuanya huh?” kata Bobby berbicara ke memory card
itu. “Sepetinya penyakit cintamu kambuh lagi” Ucap Adnan memegang jidat Bobby.
“Lepas! Sejak kapan kamu datang?”Tanya Bobby. “Asal kamu tahu, aku ini makhluk
ajaib, bisa datang dan menghilang kapanpun aku mau” Jawab Adnan penuh percaya
diri.
Kelas menjadi sepi
ketika bel istirahat berbunyi. Bobby dan Adnan melanjutkan perbincangan mereka,
tiba-tiba Novi datang dari arah pintu kelas membawa selembar kertas di tangan
kanannya. Bobby hanya memperhatikan Novi yang merapikan barang bawaannya. “Bob,
titip ini ya!”Kata Novi sambil memberikan selembar kertas, Bobby hanya menatap
mata Novi. “Mau kemana?”Tanya Adnan. “Eh, kelas kamu kan bukan disini” Jawab
Novi seraya meninggalkan kelas.
Bobby hanya bisa
melihat kepergian Novi. Entah kenapa, seperti ada sesuatu yang janggal dari kepergiannya.
“Kejarlah..”Kata Adnan dengan nada pelan. Bobby hanya menatap Adnan, tidak
mengerti apa yang dia katakan. “Buruan napa ?!” Adnan hanya menyentak Bobby,
seolah tatapan matanya menyuruh untuk cepat mengejar Novi.
“Novii!!” Panggil Bobby
yang saat itu Novi mau menaiki bus umum. “ngapain kesini? Bentar lagi bel
masuk!” Kata Novi melihat Bobby yang sedang mengatur nafas. Bobby memegang
kedua tangan Novi. Dia menatap kedua bola mata Novi “Aku.. aku suka kamu” Bobby
menatap yakin. Tak ada jawaban, Novi hanya menunduk dan melepaskan tangan
Bobby. Bobby memeluk erat sementara Novi diam menerima perlakuan itu. “apakah
kamu menyukaiku juga?” Bisik Bobby.
******
“Yeee..!!” Teriak
seluruh anak-anak SMA Negeri 1. Bel pulang berbunyi adalah salah satu anugrah
terindah di dunia untuk para pelajar. “Hujan..” Bobby melihat air yang menetes
dari lagit. Semakin deras hujan yang turun. Di depan kelas dia menunggu hujan
reda.
Terdengar suara isak
tangis dari dalam kelas. Bobby terheran-heran melihat temannya yang menangis
itu, ‘apakah ini efek hujan?’ tanya Bobby dalam hati. Kembali dia memperhatikan
tetesan hujan yang turun.
“Bob!” Kata Gina
menepuk pundak Bobby. “Hmm?” gumamnya. “Tadi siang Novi check up”Gina
memberikan informasi. Bobby hanya diam tanpa memperhatikan Gina. “di
perjalanan, dia meninggal” Lanjut Gina dan mengigit bibir bawahnya. Bobby
melihat kedua mata Gina, mencari kebohongan. Tapi gerak-gerik Gina terlalu
jujur untuk berbohong.
Bobby terus berlari dan
berlari di tengah-tengah hujan yang semakin deras yang membasahi tubuhnya.
Berharap ini hanyalah suatu kebohongan besar yang dia terima. Dia menahan
perasaannya agar tak ada air mata yang keluar. “Harusnya aku ga lepasin kamu
vi!!” Teriak Bobby, namun derasnya hujan mampu menghambat keras teriakannya.
******
Bobby memperhatikan
satu persatu gambar di layar notebooknya itu. ‘Sejak kapan aku menyimpan ini’
batinnya. Di bukanya file yang berbeda format itu. Sebuah notepad yang belum
pernah dia simpan sebelumnya.
Name
file : Ini
“Heh
pengecut! Kamu itu benar-benar pengecut! Kamu tidak tahu cara mengeluarkan
perasaanmu. Kamu cuma bisa diam dan membisu tanpa bertindak sedikitpun. Apa
karena kamu menyukaiku, kamu hanya menyimpan fotoku? Kamu takut cintamu
bertepuk sebelah tangan hah?!”
“Aku
benci diammu! Aku benci tatapanmu! Aku benci senyummu! Aku benci semua tentang
kamu! Tapi karena aku membencimu, kamu selalu hadir dalam pikiranku. Baru aku
sadari, benciku adalah sukaku. Aku juga menyukaimu. Tapi aku akan lebih
menyukaimu jika kamu tidak akan pernah menyukaiku lagi. Oh ya, maafkan aku
sudah membuka file di memory card ini. Aku harap kamu akan memaafkanku. J
”
“Dasar pengecut!” Bobby
menggigit bibir bawahnya menahan perasaan yang akan keluar. “Tapi akulah
pengecut yang sebenarnya!” tak mampu lagi menahan sedihnya yang mendalam, tetes
demi tetes air keluar dari pelupuk matanya.
Comments
Post a Comment